Selasa, 21 Januari 2014

PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL VCT

(VALUE CLARIFICATION TEHNIQUE)

A. Latar belakang

            Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor yang utama dalam membangun dan mencerdaskan bangsa. Pendidikan haruslah menjadi prioritas perhatian pemerintah, sehingga benar-benar mengarah kepada tujuan yang akan dicapai. Pendidikan diselenggarakan dengan baik dan benar tentu akan mewujudkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas dan kreatif serta mampu bersaing dalam menghadapi tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU sisdiknas), pada Pasal 3 dinyatakan bahwa:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan untuk membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Konsep pendidikan menurut UU sisdiknas No.20 Tahun 2003 ini mengarah pada suatu perbuatan yang dilakukan secara sadar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan tujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab sehingga dapat bersaing dengan negara-negara maju lainnya.
Dalam membicarakan kualitas Sumber Daya Manusia kita akan menenemukan serentetan permasalahan, yang kadang-kadang dapat menyesatkan. Tidak hanya menyangkut pemaknaan SDM, tetapi juga menyangkut upaya-uapaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan kualitas SDM tersebut. Permasalahan awal yang harus diselesaikan adalah menyangkut penggunaan istilah SDM itu sendiri., yang sering dilihat hanya dari satu aspek tertentu, sehingga menutupi aspek lain.
Disamping itu, dalam melihat kualitas SDM, aspek etika dan moralitas sering tidak diperhatikan, sehingga meski SDM telah dipandang berkualitas dalam kinerjanya, tetapi masih kurang dalam misi pandangan dan tingkah laku etisn dan moral nya. Akibatnya, ketahahanan mental SDM tidak mampu menghadapi berbagai permasalahan dalam pekerjaanya atau tidak memperlihatkan tingkah laku etis dalam kehidupan kesehariaanya.
Apabila permasalahan diatas telah jelas, maka upaya untuk dapat menutupi kekurangan dan meningkatkan kualitas SDM yang dirasa paling efektif ialah melalui pendidikan. Dari SDM demikian pula diharapkan muncul kemajuan dan terobosan-terobosan konstruktif dalam pembangunan bangsa ini.
Salah satu hasil inovasi pendidikan yaitu dalam hal model pembelajaran. Maka pemakalah akan membatasi pembahasan mengenai inovasi pendidikan, dimana di dalam makalah ini, pemakalah hanya membahas mengenai Inovasi pembelajaran Pkn dengan model VCT ( Value, Clarification Tehnique ). Yang dimana salah satu ciri paradigma baru pembelajaran PKn adalah tidak lagi  menekankan  pada mengajar tentang PKn, tetapi lebih berorientasi pada membelajarkan PKn atau upaya-upaya guru untuk ber-PKn.
Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) merupakan mata pelajaran yang lebih identik dengan pembentukan sikap dan nilai moral. Berdasarkan observasi pratindakan di salah satu sekolah negeri yang ada di Palembang, dalam pembelajaran PKn menunjukkan bahwa hasil belajar yang di capai siswa masih rendah. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi yaitu ceramah, Tanya jawab, dan penugasan, sehingga kurang aktif dalam dalam pembelajaran dan cenderung bosan mengikuti pelajaran.
Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn, siswa dibina untuk membiasakan atau melakoni isi pesan materi PKn. Agar tujuan dapat berjalan dengan baik maka sebagai guru PKn hendaknya menjadi teladan dalam ber-PKn dengan menunjukkan contoh prilaku yang diharapkan ditiru dan dilaksanakan siswa dalam kehidupan disekolah dan kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran PKn penggunaan berbagai macam model pembelajaran yang tersedia, tentu saja harus disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran, karakteristik materi, situasi dan lingkungan belajar siswa, tingkat perkembangan dan kemampuan belajar siswa, waktu dan kebutuhan belajar bagi siswa itu sendiri. Dalam PKn dikenal suatu model pembelajaran yaitu, VCT. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang lebih identik dengan pembentukan sikap dan nilai moral. Berdasarkan pembahasan di atas maka pemakalah akan membahas tentang Inovasi pembelajaran Pkn degan model VCT ( Value, Clarification Tehnique ).

B. Pengertian dari model VCT
Salah satu strategi pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran PKn adalah VCT. VCT merupakan singkatan dari Value Clarification Technique. Kata Value berarti nilai yang berasal dari kata Vlure (bahasa latin), yang artinya baik atau kuat. Sedangkan arti Clarification Technique adalah teknik mengklarifikasi (memperjelas, mengungkapkan, memperinci) nilai, jadi VCT adalah teknik mengklarifikasi nilai atau teknik pengungkapan nilai. Dengan klarifikasi nilai, siswa tidak disuruh menghapal dan tidak disuapi dengan nilai-nilai yang sudah dipilihkan pihak lain, melainkan dibantu untuk menemukan, menganalisis, memilih, mengembangkan, mengambil sikap dan mengamalkan nilai-nilai hidupnya sendiri. Siswa tidak dipilihkan nilai mana yang baik dan benar untuk dirinya, melainkan diberi kesempatan untuk menemukan pilihan sendiri nilai-nilai mana yang mau dikejar, diperjuangkan dan diamalkan dalam hidupnya. (Adisusilo,dalam Qodratullah,2013.)
Djahiri (dalam Vebi. 2013) mengemukakan bahwa Value Clarification Technique, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada prosesnya VCT berfungsi untuk: a) mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; b) membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya. Dengan kata lain, Djahiri (dalam Vebi. 2013) menyimpulkan bahwa VCT dimaksudkan untuk “melatih dan membina siswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat”.
Teknik mengklarifikasi nilai (value clarification technique)atau sering disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.

C. Tujuan Model VCT Sebagai Suatu Model Dalam Strategi Pembelajaran Moral
 VCT sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran moral bertujuan (1) Untuk mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai. (2) Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik tingkatannya maupun sifatnya (positif dan negatifnya) untuk kemudian dibina ke arah peningkatan dan pembetulannya. (3) Untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa. (4) Melatih siswa bagaimana cara menilai, menerima, serta mengambil keputusan terhadap sesuatu persoalan dalam hubungannya dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Pembelajaran VCT menurut A. Kosasih Djahiri (dalam Vebi. 2013), dianggap unggul untuk pembelajaran afektif karena; pertama, mampu membina dan mempribadikan nilai dan moral; kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan; ketiga mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata; keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya; kelima, mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai kehidupan; keenam, mampu menangkal, meniadakan mengintervensi dan menyubversi berbagai nilai moral naif yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang; ketujuh, menuntun dan memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.


D. Manfaat Model VCT
            Dengan menggunakan model VCT ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan siswa. Simon (dalam Qodratullah. 2013), dengan menggunakan model VCT kita dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk :
1.      Memilih, memutuskan, mengomunikasikan, mengungkapkan gagasan, keyakinan, nilai-nilai dan perasaannya
2.      Berempati (memahami perasaan orang lain, memilih dari sudut pandang orang lain)
3.      Memecahkan masalah
4.      Menyatakan sikap : setuju, tidak setuju, menolak atau menerima pendapat orang lain.
5.      Mengambil keputusan
6.      Mempunyai pendirian tertentu, menginternalisasikan dan bertingkah laku sesuai dengan nilai yang telah dipilih dan di yakini.

E. Syarat Model VCT
            Sama halnya dengan model-model pembelajaran lainnya, model VCT juga memiliki syarat dalam penggunaannya. Menurut Harmin (dalam Qodratullah. 2013) penerapan VCT akan efektif bila fasilitator atau pendidik :
1.      Bersikap menerima dan tidak mengadili pilihan nilai siswa, menghindari kesan memberi nasehat, menggurui seakan pendidik lebih tahu dan lebih baik.
2.      Membiarkan adanya kebhinekaan pandangan, dialog dilakukan secara terbuka, bebas dan individual.
3.      Menghargai kesediaan siswa untuk ikut berpartisipasi atau tidak, hindari unsur pemaksaan untuk berpendapat atau bersikap.
4.      Menghargai jawaban siswa, tidak memaksa siswa memberi respons tertentu apabila memang siswa tidak menghendakinya.
5.      Mendorong siswa untuk menjawab, mengutarakan pilihan dan mengambil sikap secara jujur.
6.      Mahir mendengarkan dan mengajukan pertanyaan yang bersifat mengklarifikasi nilai hidup.
7.      Mahir mengajukan/membangkitkan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kehidupan pribadi dan sosial.
                               
F. Langkah-langkap Model VCT

John Jarolimek (1974) menjelaskan langkah pembelajaran dengan Value clarification technique (VCT) dalam 7 tahap yang dibagi ke dalam 3 tingkat, setiap tahapan dijelaskan sebagai berikut.
1.      Kebebasan Memilih, Pada tingkat ini terdapat 3 tahap, yaitu:
a)      Memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang menurutnya baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh.
b)      Memilih dari beberapa alternatif. Artinya, untuk menentukan pilihan dari beberapa alternatif pilihan secara bebas.
c)      Memilih setelah dilakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat pilihannya.

2.      Menghargai,Terdiri atas 2 tahap pembelajaran, yaitu;
a)      Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi bagian dari dirinya.
b)      Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum. Artinya, bila kita menggagap nilai itu suatu pilihan, maka kita akan berani dengan penuh kesadaran untuk menunjukkannya di depan orang lain.

3.      Berbuat, Pada tahap ini, terdiri atas 2 tahap, yaitu;
a)      Kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya.
b)      Mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya. Artinya, nilai yang menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupannya sehari-hari.

VCT menekankan bagaimana sebenarnya seseorang membangun nilai yang menurut anggapannya baik, yang pada gilirannya nilai-nilai tersebut akan mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehai-hari di masyarakat. Dalam praktik pembelajaran, VCT dikembangkan melalui proses dialog antara guru dan siswa. Proses tersebut hendaknya berlangsung dalam suasana santai dan terbuka, Sehingga setiap siswa dapat mengungkapkan secara bebas perasaannya.

G. Implementasi Pelaksanaan VCT
Hermi Yanzi (dalam Rusiana 2011) artikelnya yang berjudul Pembelajaran Inovatif Berbasis VCT (Value Clarification Technique/Teknik Pengungkapan Nilai) Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjelaskan langkah-langkah implementasi dalam pembelajaran VCT sebagai berikut.
Persiapandiawalili dengan melakukan tindakan yaitu Pertama, menyusun RPP sesuai dengan pokok bahasan. Dalam kesempatan ini diambil contoh materi kedisiplinan. Kedua, menetapkan bagian mana dari materi kedisiplinan yang akan disajikan melalui analisis nilai, materi dapat dipilah seperti; kedisiplinan dirumah, sekolah maupun di jalan raya. Ketiga, menyusun skenario pembelajaran sehingga jelas langkah-langkah pembelajarannya.Keempat, menyiapkan media stimulus untuk ber-VCT seperti cerita, guntingan koran atau memutar video. Kelima, menyiapkan lembar kerja yang berisi panduan terperinci bagi siswa dalam ber-VCT.
Pelaksanaan, diawalili dengan melakukan tindakan yaitu Pertama, setelah membuka pelajaran, dijelaskan kepada siswa bahwa mereka akan ber-VCT.Kedua, pelontaran stimulus oleh guru atau siswa yang telah di rancang sedemikian rupa. Ketiga, guru memperhatikan aksi dan reaksi spontan siswa terhadap stimulus yang diberikan. Keempat, melaksankan dialog terpimpin melalui perntanyaan guru baik secara individual, kelompok maupun secara klasikal. Kelima, menentukan argumen dan klarifikasi pendirian. Keenam, pembahasan/pembuktian argumen. Pada tahap ini sudah mulai ditanamkan target nilai dan konsep yang sesuai dengan materi. Ketujuh, penyimpulan yang dapat berupa bagan intisari materi. 

H. Metode yang digunakan pada model pembelajaran VCT
1. Diskusi
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain.

2.  Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.
Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.

3. Bermain Peran (Role-Play)
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

4. Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.


I. Kelemahan model pembelajaran VCT
Kelemahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap adalah proses pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya guru menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memerhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa. Akibatnya, sering terjadi benturan atau konflik dalam diri siswa karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa sering mengalami kesulitan dalam menyelaraskan nilai lama dan nilai baru. Salah satu karakteristik VCT sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri siswa kemudian menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru yang hendak ditanamkan.

J. Kesimpulan
Dengan model pembelajaran VCT, akan mudah mengungkap sikap, nilai dan moral siswa terhadap suatu kasus yang disajikan oleh guru. Tentu saja harus dibekali dengan kemampuan guru dalam menguasai keterampilan dan teknik dasar mengajar dengan baik. Sikap demokratis, ramah, hangat dan nuansa kekeluargaan yang akrab diperlukan, sehingga siswa berani berpendapat dan beda pendapat dengan guru maupun dengan siswa lain. Sedangkan untuk evaluasi guru dapat melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar. Pada evaluasi proses dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan jalannya diskusi, sikap dan aktivitas siswa maupun proses pembelajaran secara menyeluruh dan evaluasi hasil dapat dilihat dari hasil tes. Dan memberikan pujian kepada siswa yang mampu berpendapat sekalipun kepada siswa yang berpendapat belum lengkap secara variatif.

1 komentar:

  1. The Wynn Archives - DrMCD
    Wynn is 인천광역 출장마사지 planning to re-open and re-open their flagship retail casino, The Wynn, on March 23, 안동 출장샵 2018. The Wynn Hotel and Casino 계룡 출장샵 in Las 의정부 출장샵 Vegas, 계룡 출장샵 Nevada.

    BalasHapus